Inovasi Warga Sluke Membuat Nasi Dari Ketela.

Kepala Dintanpan Rembang mencoba Nasi Ketela.

Rembang, hariansuarajateng.com- Harga beras yang masih cukup tinggi di pasaran, tidak terlalu membuat pusing sebagian warga Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang.  Pasalnya, mereka tidak hanya mengandalkan beras sebagai makanan pokok, tetapi juga biasa mengkonsumsi ketela pohon (singkong) yang diolah menjadi mirip nasi, dengan nama sego telo atau nasi ketela.

Karmini, seorang ibu rumah tangga warga Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke menuturkan dari sisi harga sangat berbeda jauh.

Ia membandingkan harga beras Rp 12 Ribu per kilo gram, sedangkan ketela satu sak yang isinya lebih dari 20 Kg, rata-rata hanya Rp 20 Ribu.

“Ini ketela diambil dari kebun selatan kampung sana. Sekarang harga ketela lagi murah, paling Rp 20 Ribu sak glangse (sak), tapi kalau pas musim kemarau agak mahal, sampai Rp 40 Ribu per sak,” tuturnya.

Karmini menambahkan untuk pengolahan ketela, memang lebih ribet, karena harus dikupas, diparut, diberi air, kemudian diperas dan baru dimasak.

Tapi untuk beras, cukup dibersihkan dengan air, bisa langsung dimasak. Namun menurutnya sego telo memiliki keunggulan bebas kadar gula dan kaya serat, sehingga sangat cocok dikonsumsi bagi penderita diabetes.

“Berbeda dengan nasi beras yang kadar gulanya cukup tinggi, jadi nasi singkong ini sangat bagus untuk penderita penyakit gula. Memang proses pengolahannya agak panjang, tapi manfaatnya juga sepadan,” beber Karmini.

Dari sisi rasa, mungkin bagi yang pertama kali mencoba nasi ketela, agak kaget.

Tapi setelah dua atau tiga kali menikmati, mulai terbiasa dengan rasanya. Apalagi ditambah dengan sayur berkuah dan lauk ikan laut atau opor ayam, dijamin semakin lezat.

“Dulunya suami saya nggak mau, tapi setelah nyoba beberapa kali, sekarang malah ketagihan,” bebernya.

 

Terpisah Kepala Dintanpan Rembang Agus Iwan mengatakan, ide ini sangat bagus untuk progam ketahanan pangan,seperti halnya progam yang sudah dicananangkan oleh Dintanpan sehari tanpa nasi, bisa mengganti dengan nasi ketela tersebut.ujarnya.

Meskipun, lanjut Agus, saat ini kondisi beras di Rembang selalu surplus. Cukup untuk kebutuhan masyarakat Kota Santri. Namun, menurutnya tetap perlu mengoptimalkan sumber pangan non-beras.

”Kami tidak bisa berpikir hanya lokal Rembang. Kita perlu mengupayakan sumber pangan non-beras,” jelasnya

Sementara Koordinator BPP Kecamatan Sluke, Situ Marjidah membenarkan bahwa di beberapa Desa di Sluke , menjadi salah satu lumbung ketela, seperti halnya Desa labuhan, dan Rakitan. Dengan adanya hal itu maka Kecamatan Sluke tak perlu diragukan lagi untuk progam ketahanan panganya.

Exit mobile version